Metode Qawaid dan Terjemah
Metode Qawaid dan Terjemah
Makalah
Disusun guna memenuhi
tugas
Mata kuliah : Metodologi
Pendidikan
Dosen pengampu : Ahmad Maghfurin, M.Ag.,MA

Disusun oleh :
Ulfa Tussa’adah
(1503026001)
Fika Isna Diah (1503026034)
M. Arif Muhyidin
(1503026036)
Amiratul Afifah
(1503026040)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Selama berabad-abad sedikit sekali metodologi
pengajaran bahasa yang dilandasi teori belajar. Pada mulanya didunia barat
pengajaran bahasa asing disekolah-sekolah disamakan dengan pengajaran bahasa
yunani dan latin, yaitu menggunakan metode klasik (al-thariqah al-
kalasikiyyah/ classical method) yang mempokoskan diri pada analisa gramatikal penghapalan kosa kata,
penerjemahan wacana, dan latihan menulis.
Pada abad ke-18 dan 19 metode klasik dianggap
sebagai metode utama dalam mengajarkan bahasa asing kemudian berubah sebutan
menjadi metode kaidah & terjemah,walaupun konsep dan penggunaanya
tidak berubah, yakni menekankan analisa tata bahasa, pengahapalan kosa kata,
penerjemahan wacana, dan latihan menulis.
Metode kaidah dan terjemah (thariqah al-Qawaid wa
al-Tarjamah) sering dijuluki dengan metode tradisional. Sepintas metode
ini mengandung kesan “metode kolot”.
Boleh jadi demikian, sebab metode ini memang sudah tua. Akan tetapi bukan
masalah tuanya, yang penting dan menarik
adalah, bahwa metode kaidah-terjemah sudah melekat kuat di masyarakat
eropa selama berabad-abad dalam mengajarkan bahasa-bahasa asing, sebut saja
bahasa yunani kuno dan latin. Saat itu banyak sekolah atau universitas yang
mengharuskan pelajar atau mahasiswanya untuk mempelajari bahasa-bahasa ini
karena di anggap memiliki “nilai pendidikan yang tinggi” dalam mempelajari
naskah-naskah klasik. Selain itu karena adanya “disiplin batin” yang dilatih
melalui analisis ligis bahasa, penhapalan kaidah kaidah bahasa dan pola-pola
kalimat yang rumit, dan penerapan kaidah-kaidah dalam bahasa penerjemahan. Maka
dapat dikatan bahwa metode ini sudah memberikan andil bessar secara turun
menurun dalam “mencerdaskan kehidupan bangsa” khususnya dikawasan Eropa. Itulah
nampaknya makna julukan “tradisional” terhadap metode kaidah & terjemah.[1]
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian metode qowaid dan tarjamah?
2. Bagaimana
konsep dasar metode qowaid dan tarjamah?
3. Apa
saja langkah-langkah penggunaan metode qowaid dan tarjamah?
4. Apa
kelebihan dan kekurangan metode qowaid dan tarjamah?
5. Bagaimana
aplikasi metode qowaid dan tarjamah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode qowaid dan tarjamah
Metode terjemah adalah sebuah metode yang di dalamnya
menerjemahkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran bersamaan dengan
penerapan aturan-aturan tata bahasa. Metode ini menfokuskan pada kegiatan
menerjemahkan bacaan dari bahasa asing ke dalam bahasa siswa, dan sebaliknya.
Metode qowaid adalah
metode yang menekankan pada penghafalan aturan gramatika dan sejumlah kata
tertentu yang kemudian dirangkai menurut tata bahasa yang berlaku. Metode ini
mulai kurang efektif dengan adanya penemuan-penemuan seperti mesin percetakan.
Metode qowaid-terjemah ini merujuk pada masa
Rennaisance (abad 16) ketika banyak sekolah dan universitas di Eropa
mengharuskan para siswa atau mahasiswanya mempelajari bahasa Latin karena
dianggap “nilai pendidikan yang tinggi” yg berguna untuk mempelajari teks-teks
klasik, dan juga karena “disiplin batin” yang dilatih melalui analisis logis
bahasanya, dan penghafalan kaidah-kaidah bahasa dan pola kalimat yang rumit,
serta kaidah dan pola dalam latihan terjemah.[2]
B. Konsep
Dasar Metode Qowaid dan Tarjamah
Metode kaidah
dan terjemah secara perspektif melihat kebenaran bahasa yang berpedoman pada
petunjuk tertulis, yaitu aturan-aturan gramatikal yang ditulis oleh ahli
bahasa. Ba’labaki (1990 : 216) menjelaskan bahwa dasar pokok metode ini adalah
hapalan kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu menterjemahkan kedalam
bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran.
Ada
dua aspek penting dalam metode kaidah dan terjemah yaitu :
a. Kemampuan
menguasai kaidah tata bahasa
b. Kemampuan
menerjemahkan
Dua kemampuan ini adalah modal dasar
untuk mentransfer ide atau pikiran kedalam tulisan bahasa asing (mengarang),
dan modal dasar untuk memahami ide pikiran yang dikandung dalam tulisan bahasa
asing yang dipelajari (membacapemahaman).
Sedangkan
tujuan dari metode ini antara lain :
a. Melatih
para pelajar agar memahami bahasa secara logis yang didasarkan pada analisa
cermat terhadap aspek kaidah tata bahasa.
b. Pandai
dalam menghapal dan memahami tata bahasa
c.
Mengungkapkan
ide-ide dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua kedalam bahasa asing
yang dipelajari
d. Membekali
mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan menerjemahkannya kedalam
bahasa sehari-hari atau sebaliknya.
Beberapa
karakteristik metode kaidah dan terjemah yaitu antara lain :
a. Ada
kegiatan disiplin mental dan pengembangan intelektual dalam belajar bahasa
dengan banyak penghapalan, dan memahami fakta-fakta.
b. Ada
penekanan pada kegiatan membaca, mengarang dan terjemahan.
c. Tata
bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu dengan penyajian kaidah-kaidah bahasa
seperti dalam bahasa Latin yang dianggap alami.
d. Bahasa
pelajar sehari-hari (bahasa ibu atau bahasa kedua) digunakan sebagai bahan
pengantar.
e. Perhatian
lebih banyak dicurahkan kepada kalimat, sebab kebanyakan waktu para pelajar
dihabiskan oleh aktivitas terjemahan kalimat-kalimat terpisah.
f. Seleksi
kosakata yang diajarkan melalui daftar-daftar dwibahasa, studi kamus dan
penghapalan.
Diantara kebaikan-kebaikan yang cukup
mewarnai metode kaidah dan terjemah dalam pengajaran bahasa asing, metode ini
harus menerima berbagai kritikan tajam. Kritikan tajam tersebut antara lain
sebagai berikut :
a. Metode
ini terlalu mementingkan kecakapan membaca, menulis, dan terjemah, sedangkan
tidak mementingkan kecakapan berbicara. Padahal kecakapan berbicara adalah
pokok dalam bahasa.
b. Metode
ini terlalu mementingkan bahasa ibu dan bahasa kedua[3]
C. Langkah-langkah
penggunaan metode qowaid dan tarjamah
Untuk mengaplikasikan metode kaidah dan
terjemah dalam pengajaran bahasa asing, dalam hal ini Bahasa Arab, kita perlu
melihat konsep dasar metode ini sebagaimana dijelaskan diatas agar tidak keluar
dari karakteristik metode ini. Contoh penerapan metode yang mungkin dilakukan
oleh guru bahasa arab adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan,
memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik
berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b. Guru
memberikan pengenalan dan definisi kaidah-kaidah tertentu dalam bahasa arab
yang harus dihapalkan sesuai dengan materi yang akan disajikan, berikut
terjemahnya dalam bahasa pelajar. Contoh: jika materi yang akan disajikan
mengandung kaidan mubtada-khobar, maka langkah yang mungkin dilakukan
adalah:
1. Mengenalkan
konsep mubtada-khobar berikut berikut definisi keduanya dan terjemahnya
ke dalam bahasa pelajar.
2. Memberikan
contoh-contoh seperlunya, jika diperlukan mengadakan perbandingan dengan kaidah
bahasa pelajar sehari-hari untuk membantu pemahaman para pelajar.
3. Setelah
itu guru menjelaskan contoh-contoh seperlunya, misalnya:
هذا
تلميذ, محمد تلميذ, أنت تلميذ, هذا قلم, القلم جديد هذه تلميذة, عانشة تلميذه, أنت
تلميذة, هذه حقيبة, الحقيبة جديدة
Dalam hal ini guru
menjelaskan bahwa setiap dua kata yang digarisbawahi pada contoh-contoh itu
merupakan pasangan mubtada-khobar yang tidak terboleh tertukar, kemudian
dianalisis sampai i’robny. Guru juga menelasakan bahwa ada kategori mudzakar
(laki-laki) dan muannas (perempuan) yang masing-masing memiliki aturan
yang berbeda.
4. Setelah
para pelajar benar-benar memahami konsep mubtada-khobar, guru
membimbingnya mereka untuk menghapalkan definisinyadengan disiplin.
c. Jika
ada kosa kata yang dipandang sulit untuk diterjemahkan, guru menjelaskan kosa
kata sebelum menginjak ke langkah aplikasi.
d. Guru
memberikan materi teks bahasa arab sebagai materi pokok (diambil dari buku
pegangan), lalu mengajak para pelajar untuk menerjemahkan kata demi kata,
kalimat demi kalimat sampai ke paragraf demi paragrf. Para pelajar setelah itu
disuruh untuk mencocokan kaidah-kaidah yang telah dihapalkan dengan teks baru
itu. Dalam hal ini diharapkan dapat mengidentifikasi mubtada-khobar
sebagai mana mubtada-khobar yang telah mereka hapalkan, lalu
menganalisis sampai detail sebagaimana pada poin 2 diatas. Kegiatan itu
melibatkan kerja keras mental mereka untuk menerapkan hasil hapalan mereka ke
dalam teks terjemah. Hal ini bertujuan agar terjemah mereka benar-benar dapat
menerjemahkan teks sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.
e. Setelah
para pelajar selesai mengidentifikasi mubtada-khobar dengan baik, guru memberi
daftar kosakata untuk dihapalkan. Kata-kata itu lepas dari konteks kalimat, dan
guru menyuruh para pelajar untuk memberi terjemahan kosa kata itu.
f. Sebagai
kegiatan akhir, guru memberi pekerjaan rumah yang berupa persiapan terjemahan
untuk dibahas pada pertemuan berikutnya.
Contoh
di atas tentu saja tidak merupakan kemestian, sebab selanjutnya diserahkan
kepada guru sesuai situasi dan kondisi, dengan catatan tidak bertentangan
dengan konsep dasar metode ini.
D. Kelebihan
dan kekurangan metode qowaid dan tarjamah
Metode kaidah dan tarjamah merupakan
metode yang tua dan melekat erat di hati orang eropa pada abad ke-19-an dalam
pengajaran bahasa asing. Selain ketentuannya, metode ini memang tidak terlalu
banyak syarat jika dipraktekan. Itulah sebabnya metode ini banyak digunakan
dibanyak lembaga pendidikan tradisional di Indonesia dalam pengajaran bahasa
Arab. Sebagai outputnya para alumnus sangat pandai membaca dan menerjemahkan
kitab-kitab klasik berbahasa “Arab gundul”, tetapi tidak mampu mengutarakan dan
mengekspresikan pikiran mereka dalam bahasa Arab. Secara lebih rinci berikut
adalah kelemahan dan kelebihan metode ini:
Kelebihannya:
1. Para
pelajar dapat hafal kosakata dalam jumlah yang relatif banyak dalam setiap
pertemuan.
2. Para
pelajar mampu menerjemahkan bahasa asing ke bahasa sehari-hari atau sebaliknya.
3. Para
pelajar bisa hafal kaidah-kaidah bahasa asing yang disampaikan dalam bahasa
sehari-hari karena senantiasa menggunakan terjemahan dalam bahasa sehari-hari.
Kekurangannya:
1. Analisis
bahasa mungkin baik bagi mereka yang merancangnya, tetapi tidak menutup
kemungkinan dapat membingungkan para pelajar karena rumitnya analisis itu.
2. Terjemah
kata demi kata, kalimat demi kalimat sering mengacaukan makna kalimat dalam
konteks yang luas.
3. Para
pelajar mendapat pelajaran dalam satu ragam tertentu, sehingga mereka tidak
mengenal ragam-ragam lainnya yang lebih luas. Maka tingkat kebermaknaannya
dalam kehidupan sehari-hari menjadi minim.
4. Para
pelajar menghafalkan kaidah-kaidah bahasa yang disajikan secara preskriptif.
Mungkin saja kaidah-kaidah itu tidak berlaku bagi bahasa sehari-hari.
5. Para
pelajar sebetulnya tidak belajar menggunakan bahasa asing yang dipelajari,
melainkan belajar membicarakan “bahasa yang baru”.[4]
E. Aplikasi
Metode Qowa’id dan Tarjamah
Untuk dapat mengaplikasikan
metode qawa’id dan tarjamah ini dalam
pembelajaran bahasa asing, terutama Bahasa Arab, kita bisa mengacu pada konsep
dasar metode ini sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya agar tidak keluar
dari karakteristik metode qawa’id dan tarjamah. Berikut
ini adalah contoh penerapan metode qawa’id dan tarjamah yang
mungkin dapat diterapkan oleh pendidik Bahasa Arab:
Pendidik memulai proses pembelajaran
dengan memperdengarkan sederetan kalimat panjang yang telah dibebankan kepada
peserta didik untuk dihafalkan pada kesempatan sebelumnya dan juga telah
dijelaskan tentang makna-makna dari kalimat tersebut.
1. Pendidik memberikan mufradat baru
dan kemudian menjelaskan maknanya kedalam
bahasa penerima sebagai persiapan materi pengajaran.
2.
Selanjutnya pendidik meminta salah satu peserta didik untuk
membaca buku bacaan dengan suara nyaring, teruatama bagian yang biasanya para
peserta didik melakukan kesalahan atau mendapat kesulitan, dan tugas pendidik
adalah membrikan koreksinya.
3.
Aktifitas membaca teks ini diteruskan sehingga
seluruh peserta didik mendapatkan giliran.
4.
Setelah itu, peserta yang dianggap
paling menguasai diminta untuk menterjemahkan, kemudian peserta
didik diarahkan pada pemahaman struktur gramatika atau
kaidah-kaidahnya.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode qawa’id wa tarjamah ini
merupakan gabungan dari 2 metode, yaitu metode gamatika dan
metode terjemah. Metode ini lebih menekankan pada penguasaan qawaid ataupun
kaidah-kaidah bahasa. Metode qawa’id dan tarjamah sejak
dulu digunakan bangsa Eropa untuk mempelajari serta mengajarkan
bahasa asing.
Asumsi yang mendasari metode qawa’id
wa tarjamah adalah logika semesta yang menyatakan bahwa pada
dasarnya semua bahasa didunia ini adalah sama, dan tata
bahasa merupakan cabang dari logika. Untuk dapat melihat titik
persamaan tersebut, harus dilakukan kajian terhadap tata bahasa asing yang
dipelajari agar dapat mengetahui pokok pikiran yang terkandung
pada tulisan bahasa asing tersebut.
Metode qawaid dan tarjamah ini
mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan. Kelemahannnya metode ini adalah
hanya dapat membimbing peserta didik untuk berbahasa secara pasif, sehingga
tidak semua kemampuan bahasa dapat dilatih. Sedangkan kelebihannya adalah
meguatkan hafalan para peserta didik terutama dalam kaidah-kaidah bahasa dan
lebih cepat menambah pembendaharaan kata serta meningkatkan kemampuan
menerjemah.
Metode qawaid dan tarjamah juga
dapat diaplikasikan diberbagai tingkatan kelas. Selain itu. metode ini juga
dapat dilakukan di dalam kelas dengan jumlah peserta didik yang banyak ataupun
sedikit.
[1] Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011). Hal. 169-170
[2] Prof.
Dr. Aziz Fachrurrazi, M.A dan Ertha Mahyudin, Lc,. S.S., M.Pd.I, Pembelajaran
Bahasa Asing Metode Tradisional dan Kontemporer, (Jakarta: Bania
Publishing, 2010). Hal. 39
[3] Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011). Hal. 171-172
[4] Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011). Hal.
173-175
Komentar
Posting Komentar